BALAP LARI (SEIKHLASNYA) LIAR


Sumber : Pixabay (Prawny)


"Balap Lari Liar" menjadi sejumlah headline berita beberapa hari lalu. Dikira adalah apresiasi dari sebuah kegiatan di kampung-kampung. Tak taunya yang menjadi sorotan itu yang negatifnya. Dari kata "Liar"nya ternyata, bukan "Balap Lari"nya. Kalau "Balap Lari" sendiri punya makna olahraga bagi masyarakat luar, maka penambahan kata "Liar" pun bermakna berbeda.

Kalau sudah ada kata "Liar" bukan tidak mungkin lagi berita yang ada mengacu pada hal yang negatif. Kecuali mungkin kata Rumput Liar yang bisa berguna sebagai bagian dari pakan ternak. Ada apa lagi ya dari kata "Liar" yang berkonotasi positif?.

Balap Lari Liar mungkin seperti balap motor liar. Yang paling banyak di jalan yang panjang dan dilakukan malam hari hari. Tapi kalau kata liar nya dihilangkan yang teringat adalah balap motor seperti MotoGP. Atau balap mobil liar seperti di film Fast & Furious. Kalau kata liar nya dihilangkan, yang akan akan kita ingat mungkin semacam balap mobil formula satu (F1).

Baca Juga : Biaya Pendidikan Di Tengah Pandemi Untuk Siapa?

Balap Lari Liar memang enggak bisa kita kaitkan begitu aja dengan alasan olahraga. Iya benar Lari adalah sebuah olahraga bahkan gaya hidup masyarakat urban. Tapi sayangya Balap Lari Liar ini diselenggarakan "seiklhasnya". Ya seikhlasnya saja dimana tempat yang sepi dan panjang yang bisa di pakai. Ya seikhlasnya saja siapa yang mau ikut. Ya seikhlasnya saja persiapanya, enggak perlu menggunakan sepatu malahan alias nyeker. Pada intinya Balap Lari Liar ini diselenggarakan tanpa persiapan, hanya membutuhkan niat. 

Itu dia mungkin yang menjadi alasan beberapa pihak yang “merasa” terkait harus angkat pendapat. Aparat polisi mengatakan Balap Lari Liar enggak boleh dilaksanakan tanpa izin dari pihak yang berwenanng. Malahan ada sanksi pidana dan denda ternyata yang mengancam. Alasanya karena kegiatan ini menggangu arus lalu lintas. Ada benarnya mungkin. Ditambah saat ini kita sedang mengalami pandemi virus Corona. Jadi kegiatan yang mengundang kerumunan banyak orang harus benar-benar dijaga.

Tapi ada enggak sih sisi positifnya dari “fenomena” ini?. Di tengah kejenuhan masa sulit karantina karena pandemi, masyarakat butuh hiburan dan sarana menyalurkan tenaga apalagi anak muda. “Olahraga” lari dipilih di fenomena ini. Kalau di pikir-pikir ada baiknya juga.

Baca Juga : KDRT, Apa Yang Bisa Dilakukan?

Apalagi fenomena Balap Lari Liar yang saat ini ada, banyaknya seperti adu guyon juga. Dalam salah satu sosial media @info.balaplari100m, mereka juga menyertakan spesifikasi para pemainya. Kalau kalian pernah menonton olahraga, sebelum permainan di mulai akan ditampilkan spesifikasi para atlet yang akan bertanding. Kalau mereka seperti ini: “paru-paru upgrade insang, nafas begadang, badan kecil, makan banyak” dan lainya. Enggak heran sebagian orang menganggap Balap Lari Liar ini cuma sebagai bahan hiburan saja yang enggak perlu disikapi sebegitu seramnya dengan ancaman pidana dan denda. 

Kalau ada pendapat yang lebih persuasif mungkin diungkapkan oleh Ganjar Pranowo. Gubernur Jawa Tengah itu lebih memilih mengajak mereka-mereka yang suka lari itu untuk datang bertemu dan akan dibuatkan tempat dan lomba nya, meski tanpa penonton. Karena menurutnya lari adalah kegiatan yang bermanfaat tapi pelaksaannya juga tidak boleh meresahkan warga.

Kalau menurut kalian gimana?.




Tulisan lain di Dari Catatan





Comments

  1. semestinya memang "disponsori" oleh Pemda, kalau perlu bukan hanya menyediakan fasilitas, tapi juga pelatih....

    Mantap tulisannya, up-to-date

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalau bisa sih begitu ya. Pemda sebagai fasilitator kegiatan anak muda kayak gini.

      terima kasih :)

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

CARA ORANG GILA MENGGUNAKAN KEMAJUAN DUNIA DIGITAL EKONOMI

VIRUS CORONA, KETAKUTAN DAN STATUS SOSIAL

HARGA SEBUAH MAAF