CARA ORANG GILA MENGGUNAKAN KEMAJUAN DUNIA DIGITAL EKONOMI




Sebuah kutipan dari seorang fisikawan dan pemikir terbesar saat ini, Albert Einstein, "technological progress is like an axe in the hands of a pathological criminal", "kemajuan teknologi seperti kapak di tangan orang gila". Penjelasan mengenai pathological criminal sendiri memang akan punya penjelasan yang lebih panjang dan terperinci di tulisan yang berbeda. Permasalahan kemajuan teknologi tidak lagi menjadi masalah segelintir orang namun telah masuk dalam ranah pembicaraan sosial.


Menggunakan istilah Einstein, kapak di tangan orang gila bisa mengartikan banyak hal, bisa berguna atau bisa juga menjadi bencana. Lalu siapa yang dimaksud dengan orang gila? adalah mereka yang menikmati kemajuan teknologi tersebut. Seperti itu lah kiranya kemajuan teknologi atau dunia digital yang terjadi sekarang ini. Apakah kemajuan dunia digital akan berguna atau tidak tergantung orang yang memakainya. Saat ini kemajuan dunia digital memberikan kemudahan dalam segala aspek kehidupan kita dan salah satu aspek terbesar yang terpengaruhi oleh dunia digital adalah ekonomi. 

Lalu apakah cara yang bisa kita lakukan sebagai orang gila di dunia digital ekonomi?.

Connect 2019 : Empowering Indonesia's Digital Economy through Inovation & Collaboration 

Hal inilah yang ditunjukan di acara Connect 2019 : Empowering Indonesia's Digital Economy through Inovation & Collaboration pada 30-31 Oktober kemarin. Connect 2019 menghadirkan 3 program sekaligus untuk para orang gila yaitu, business matchmaking, technology showcase, dan conference talks. Bagi para pengusaha bidang digital, investor, perusahaan teknologi, dan siapa pun yang tertarik dengan dunia digital, sesi business matchmaking merupakan program yang tepat.

Bagi para pengusaha yang ingin memerkan produk atau jasanya yang bergerak di dunia digital atau menggunakan kemajuan dunia digital sebagai wadah untuk menggerakkan dunia ekonomi dapat masuk dalam program technology showcase. Program ini terbuka bagi para pengusaha dengan pendapatan sampai dengan 2,5 Milyar Rupiah. Asalkan lokasi badan usaha atau paling tidak kantor pusatnya berada di Indoensia. 

Connect 2019 : Empowering Indonesia's Digital Economy through Inovation & Collaboration 30&31 Oktober 2019

Connect 2019 : Empowering Indonesia's Digital Economy through Inovation & Collaboration 30&31 Oktober 2019

Sedangkan bagi program conference talks, Connect 2019 menghadirkan para orang gila yang menjadi pelaku dalam dunia digital di Indonesia. Connect 2019 tidak hanya menghadirkan para orang gila yang telah berhasil memberdayakan dunia digital ekonomi di Indonesia sebagai pengusaha tapi juga menghadirkan orang gila lain dari unsur pemerintahan dan perusahaan lain yang berniat dan menyokong dunia digital ekonomi di Indonesia.


PEMERINTAH 

Dari unsur pemerintahan, Connect 2019 menghadirkan antara lain perwakilan dari Kementerian Komunikasi dan Informasi, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian dan Kementerian Koperasi dan UKM. Dalam sesi ini dijelaskan peran pemerintah saat ini tidak hanya menjadi regulator tapi juga menjadi fasilator dan akselerator. Dalam menjadi regulator, saat ini pengusaha startup tidak perlu lagi memenuhi perizinan sebagai persyaratan hanya pendaftaran, lain lagi dalam menjadi fasilitator dan akselerator. Kominfo contohnya membuat Gerakan 1000 Digital Startup dan program Next Indonesia Unicorn untuk para orang gila yang berusaha di dunia digital. Tidak hanya itu pemerintah juga melakukan pendidikan dan pelatihan yang bertujuan menyiapkan sumber daya manusia dalam meningkatkan dunia digial ekonomi. Sama halnya juga dilakukan oleh Kementerian Perindustrian yang menggelar smart IKM untuk 7000 lebih IKM di Indonesia. Kementerian Koperasi dan UKM pun melakukan modernisasi UKM dengan strategi digital. Sedangkan Kementerian Perdagangan memberikan layanan informasi online pada layanan pengembangan ekspor dalam satu website. 


PENGUSAHA

Connect 2019 juga menghadirkan para orang gila yang berperan menjadi pengusaha di dunia digital. Sebut saja antara lain Blibli, Bukalapak, Daily Social, Bobobox, Warung Pintar, Sribulancer, Fabelio, Mister Brewok, Humblezing, DANA, Microsoft dan masih banyak lagi. CEO Warung Pintar, Agung Bezharie, mengatakan untuk memberdayakan dunia ekonomi bidang UMKM hanya diperlukan pembukaan akses pada produk, edukasi dan pengetahuan pada pasar yang berbeda. CEO Seribulancer, Ryan Gondokusumo, malah mengandalakan sepenuhnya kemajuan dunia digital untuk keuntungan ekonomi di dunia bisnisnya. 

Namun beda halnya penggunanaan kemajuan dunia digital bagi para pengusaha gila lainya. VP Marketing Fabelio, Nelsen Liu, menggunakan kemajuan dunia digital dalam bisnis mebel. Sekarang pembelian furniture sudah tersedia secara online. Namun memang bisnis dalam bidang ini memerlukan banyak pertimbangan matang, customer trust selalu ditekankan oleh Nelsen dalam sesi ini.

CEO Mister Brewok sedang menjelaskan mengenai meningkat profit melalui media sosial (31/10/2019)


Lain lagi dengan Humblezing dan Mister Brewok. Ridho Khusnul dan Fariz Egia Gamal sebagai orang gila lain menggunakan kemajuan dunia digital dalam bentuk media sosial. Dalam menjalankan usahanya kedua pengusaha muda ini menggunakan media sosial tidak hanya sebagai pasar namun juga sebagai customer reading. Dari produk yang telah di pasarkan di media sosial mana saja produk yang mempunyai minat paling banyak dilihat dari banyaknya "likes" dan "insight". Bagi keduanya di media sosial bukan hanya tempat berjualan produk tapi juga menjual testimoni. 

Hery Sofiaji dari Bank Mandiri memaparkan peran Mandiri di dunia digital ekonomoi (31/10/2019)

Pemerintah dan pengusaha startup yang menjadi orang gila tidak sendiri untuk memberdayakan ekonomi di dunia digital saat ini, Mandiri dan Telkom Group juga telah bergabung. Memang peran keduanya tidak seperti pengusaha-pengusaha gila yang di sebutkan sebelumnya. Mandiri berperan dalam dua hal, penyaluran (pinjaman) dan memberi modal (saham). Sedangkan Telkom Group membuat program Rumah Kreatif untuk memberdayakan pemasaran online UMKM. 

Itulah para orang gila yang bergabung dalam acara Connect 2019 kemarin. Para orang gila ini memilih untuk menggunakan kapak di tangan mereka menjadi sesuatu yang berguna. Para orang gila ini memilih menggunakan cara kemajuan dunia digital untuk memberdayakan dan memajukan dunia ekonomi. Tidak hanya untuk keutungan ekonomi sendiri tapi juga keuntungan ekonomi rakyat banyak. Jadi kamu mau jadi orang gila macam apa di kemajuan digital ini ?.


Baca artikel lain di : Dari Catatan

Comments

  1. para "orang gila " yang ternyata menguasai dunia saat ini ya kak. mereka gila dalam pemikiran sehingga mampu berkntribusi pada dunia. dan memilih tidak menjadi orang normal dan biasa saja :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener, para orang gila inilah yang ternyata memberikan banyak kontribusi pada dunia.

      Delete
  2. Teknologi, asal digunakan dengan baik akan mendatangkan banyak manfaat buat kehidupan. Tapi kalo ditangan yang salah ya buat ngehack, buat jadi alat penyebar kebencian, dll. Justru dari orang-orang yang sudah berhasil kita bisa banyak belajar kalo kita bisa menguasai teknologi bisa membantu banyak orang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kembali lagi semuanya di tangan manusianya mau dipakai buat apa. Sayangnya enggak semua orang sadar ini.

      Delete
  3. Bener banget Mba. Teknologi itu bisa berdampak positif dan bisa juga berdampak negatif. Tergantung indvidunya ya ini bagaimana cara memanfaatkannya apakah untuk kebaikan ataukah kejahatan atau malah malah malas memanfaatkan teknologi jadi ketinggalan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Rasanya kalo saya lebih memilih dianggap gaptek di bandingkan serampangan gunai ln teknologi tapi enggak sadar akibat baik buruknya

      Delete
  4. Ternyata Gila yang mana dulu ya hahahaha

    Right, tech can be both good and bad for the community

    ReplyDelete
    Replies
    1. We all crazy people. Be good or bad its in community hands

      Delete
  5. "Gila"d sini maksudnya nyeleneh, melawan arus, & berani ambil risiko, berpotensi lebih sukses dari orang yang kerja pada umumnya. Awalnya banyak yang mencibir, akhirnya yang mencibir malu sendiri. Saya sebut orang "gila" di sini adalah netpreneur & technopreneur generasi milenial. Artikel yang bagus

    ReplyDelete
  6. Keren emang orang2 gila itu ya? Bisa memanfaatkan teknologi sedemikian rupa..

    ReplyDelete
    Replies
    1. orang orang gila yang keren. teknologi itu seperti bahan mentah, mau dijadiin apa aja bisa asal kitanya juga bisa

      Delete
  7. Seperti dua sisi mata pisau... . Tpi sy blom termasuk kelompok yg gila itu wk wk msh jauuuuh

    ReplyDelete
    Replies
    1. mba juga sudah termasuk orang gila itu kok. kita menggunakan teknologi untuk menulis dan menyebarkan informasi baik secara dewasa. kalau enggak ada macam blog ini kan kita jadi susah mengembangkan niat baca dan tulis

      Delete
  8. teknologi itu bagai pisau bermata dua...tinggal siapa yang menggunakanya dan untuka pa

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya bener banget mas. harus dewasa deh menggunakan teknologi. bukan sekedar menikmati kemudahanya ya

      Delete
  9. Kalau mau sukses harus ikut 'gila' seperti mereka ya? Dengan memanfaatkan segi positifnya

    ReplyDelete
  10. Gila sih, orang-orang gila yang berinovasi secara mantap ini :)

    ReplyDelete
  11. Judulnya mengundang untuk klik "read more" :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. enggak bermaksud begitu sih mba awalnya cuma kalau jadi di baca dan pembaca bisa dapet informasi bagus ya baiklah ;D

      Delete
  12. Gila gila gila...
    Wkwkwk...
    Aku sampai tiga kali nyebutin kata gila.

    Aku suka istilahnya... Mereka memang gila, nggak mau menjadi orang biasa-biasa aja.

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha..kegilaan mereka menghasilkan sesuatu yang berguna enggak cuma buat mereka sendiri tapi juga orang lain. gila emang mereka

      Delete
  13. Persaingan dunia digital sudah gila... perlu orang2 gila untuk mengimbanginya.. hehe... nice info gan

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

VIRUS CORONA, KETAKUTAN DAN STATUS SOSIAL

RAMUAN MENGHADAPI PANDEMI