RUU PKS RIBUT BANGET 17 SEPTEMBER KEMAREN

Dokumentasi Pribadi

Menjelang tanggal 24 September ini sepertinya bukan menjadi kesibukan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) saja tapi juga menjadi kesibukan masyarakat untuk menanggapi. Anggota DPR yang bekerja dengan kejaran waktu yang semakin menipis dan masyarakat dengan desakan mengenai rancangan undang-undang yang dikerjakan DPR. Bukan hal yang baru memang menjelang akhir masa kekuasaan DPR yang nyaman di senayan, tumpukan kewajiban semakin menghantui memaksa mereka untuk segera menyelesaikan perdebatan atas nama hukum yang ada.

Seperti pada masa akhir jabatan kali ini, DPR berusaha untuk menyelesaikan beberapa RUU yang menjadi pekerjaan rumah di program legislatif nasional (prolegnas). Dan tentu saja hal ini juga beriringan membuat keributan di masyarakat yang merasa berepentingan. Salah satunya adalah RUU Penghapusan Kekerasan Seksual atau yang sering disebut dengan RUU PKS. Jika boleh saya memberikan peringkat RUU apa saja yang mendekati 24 September ini membuat keributan maka RUU PKS berada di urutan ketiga setelah tempat pertama dimenangkan oleh (R)UU KPK yang menyalip keberadaan RKUHP.

Pada demo yang terjadi pada 17 September kemarin di depan gedung senayan kebetulan saya hadir untuk menangkap beberapa gambar dan cerita yang ada. Pertama kali saya mengetahui tentang demo ini adalah demo mendesak RUU PKS untuk segera disahkan. Tapi ketika saya hadir disana, uniknya ada dua demo yang sama dengan dua aspirasi yang berbeda.

Masing-masing kelompok tentunya menyuarakan pendapat mereka dengan alat bantu poster-poster dan tidak lupa mobil dengan alat lengkap pengeras suara untuk para orator yang tiada lelah berteriak di bawah matahari jam 1 siang itu. Ya siang itu matahari sedang terik-teriknya ditambah hujan yang bahkan saya lupa sejak kapan tidak turun.

Ketika saya baru saja hadir, dua kelompok beda aspirasi ini dibatasi oleh satu mobil dengan alat pengeras suara ke segala penjuru arah. Teriakan dari arah kelompok penolak RUU PKS ini lebih mendominasi sudut depan DPR yang disediakan untuk berdemo. Mereka dengan kompak menyanyikan bagian reff irama lagu anak-anak "Menanam Jagung" dengan gubahan lirik "Tolak.. Tolak.. RUU PKS.. selamatkan negeri sekarang juga.". Yang hadir dalam kelompok ini pun beragam. Tidak hanya para lelaki dan perempuan berusia muda tapi juga kumpulan ibu-ibu trendi dengan tidak lupa kaca mata hitam pengahalau panas terik dan topi bulat pantai. Suasana panas bersemangat selain orator yang berteriak pun hadir di kelompok ini.

Beralih kepada kelompok yang mendukung agar RUU PKS ini segera di sahkan. Kelompok ini didominasi oleh orang-orang muda. Sama mudanya memang dengan kelompok sebelumnya namun kelompok pemuda dalam kelompok ini lebih mendominasi. Pria dan wanita muda kelompok ini mengarah pada satu mobil pelengkap pengeras suara. Mendengarkan dengan cermat sang orator yang tidak kalah berapi-api menyampaikan betapa pentingnya RUU PKS ini untuk korban pelecehan seksual, tidak hanya untuk wanita tapi juga pria. Kelompok ini juga dilengkapi sejumlah mahasiswa muda dengan pakaian almamater kebanggaan mereka. Mengangkat tinggi-tinggi sejumlah tulisan dukungan terhadap korban kekerasan seksual tanpa lelah seakan-akan anggota DPR di dalam sana  bisa melihat begitu dari kejauhan.

Ketika arah jarum jam semakin bergeser ke arah kiri di jam digital saya, tiba-tiba mobil dengan pengeras suara lengkap yang tadinya menjadi pemisah dari dua kelompok ini bergeser kebelakang. Menghapuskan jejak pemisah yang tadi menghalangi. Teriakan penolakan pun semakin kompak melaju ke arah kelompok pendukung. Jajaran polisi yang sejak tadi berjaga langsung saja membuat barikade manusia. Dua kelompok ini akhirnya hanya dibatasi satu baris tubuh para polisi muda yang berjaga. Namun teriakan penolakan yang semakin mendominasi sepertinya sama dianggap dengan terik matahari panas hari itu oleh kelompok pendukung. Dirasakan saja namun tetap tenang.

Setelahnya sampai malam saya memantau berita ini, dengan was-was bisa saja ricuh mengingat kejadian terakhir yang saya saksikan disana. Tapi tampaknya demo dua kelompok beda aspirasi itu berjalan dengan aman, tidak ada bentrokan. Saya tidak bisa menjelaskan apakah dua demo 17 September lalu memang benar-benar mencerminkan aspirasi seluruh masyarakat namun apresiasi saya bagi mereka yang tetap tenang menyuarakan suaranya walau suasana panas dari terik matahari dan semangat yang ada bercampur di depan gedung senayan itu sudah meramaikan.


Baca juga : Lepas Tangan RKUHP 2019
                   Asumsi Ricuhnya (R)UU KPK

Comments

  1. Thanks for sharing, sukses selalu.. Kunjungi juga http://bit.ly/2k0Zq9g

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

CARA ORANG GILA MENGGUNAKAN KEMAJUAN DUNIA DIGITAL EKONOMI

VIRUS CORONA, KETAKUTAN DAN STATUS SOSIAL

HARGA SEBUAH MAAF