MEMBICARAKAN KESEHATAN JOKER (spoiler alert !)




Joker? iya tokoh antagonis dari penerbit buku komik Amerika DC Comics. Filmnya sampai sekarang  masih tayang di bisokop Indonesia. Bagi kalian yang belum menonton, saya beritahukan bahwa tulisan ini mengandung spoiler. Keputusan berada di pembaca. 

Kenapa kita harus membicarakan kesehatan Joker?. Tokoh fiksi yang berasal dari sebuah buku komik. Toh Joker ini bukan seorang manusia sungguhan, lalu untuk apa kita mesti peduli dengan kesehatanya?. Ini mungkin yang ada dipikiran para pembaca. Namun lewat tulisan ini penulis ingin membagikan sebuah pemikiran pada para pembaca yang sudah sampai pada laman ini. Kesehatan seorang Joker.

Bagi kalian yang sudah menonton film ini, pasti setuju film ini adalah film yang menarik dan "brutal". Banyak cerita dan kesan yang dibagikan selepas menonton film ini. Semua elemen dari film ini bisa penulis katakan keren walau penulis juga hanya penikmat film biasa, bukan seorang kritikus film. Kerennya ini sendiri ingin penulis berikan khusus bagi pemeran tokoh Joker, Joaquin Phoenix, dalam 30 menit pertama dalam film tersebut saja aktingnya bisa menimbulkan decak kagum.

Baca Juga : PERAN MAHASISWA DALAM PENUNDAAN RKUHP

Oke kita kembali pada pertanyaan di atas, mengapa kita harus membicarakan kesehatan Joker?. Dalam film ini Joaquin Phoenix berperan sebagai Arthur Fleck. Seseorang yang bekerja sebagai badut. Yang selanjutnya Arthur Fleck memutuskan untuk memakai nama Joker sebagai alter ego.  Pada scene awal film ini, Arthur Fleck diperlihatkan sedang berbicara dengan seorang wanita (pekerja sosial). Perbincangan ini membicarakan tentang "bagaimana perasaan Arthur", teman bicara dan obat-obatan. Ya, perbincangan ini tentang kesehatan mental Arthur.

Yang sudah menonton pasti tau betapa seriusnya film ini membuat kita terlarut dengan suasana kesedihan dan mencekam. Terlebih lagi dengan permasalahan kompleks yang terjadi di kehidupan beberapa tokoh di film ini. Pseudobullar Affect (PBA) inilah yang dialami Arthur. Selain Arthur, gangguan kesehatan mental juga dialami sang ibu, Penny Fleck, yang diceritakan mengalami gangguan delusi yang serius.

Penulis bukan seorang psiakter atau psikolog yang bisa menjelaskan dengan begitu rinci kedua gangguan kesehatan mental diatas. Namun penulis ingin menyampaikan lewat film Joker ini, tanpa sadar para penikmat film dan bahkan orang yang belum menonton film ini pun jadi lebih sedikit familiar dengan topik kesehatan mental. Selama ini bagi sebagian orang ketika mendengar istilah gangguan mental pasti yang terlintas adalah orang gila. Orang dengan gangguan kesehatan mental juga lebih sering dianggap memiliki mental lemah, manja dan sebagainya dengan stigma negatif. Namun gangguan kesehatan mental sama juga dengan penyakit lain. Malah lebih rumit lagi.

sumber: pixabay

Gangguan kesehatan mental seperti depresi, gangguan kecemasan, PTSD dan lainya bukanlah suatu penyakit sembarangan. Penyakit ini juga sama halnya dengan penyakit flu, kanker, dan demam, butuh pengobatan untuk menyembuhkanya namun gejalanya tidak seperti penyakit biasa yang mudah terlihat perubahanya pada fisik seseorang. Inilah yang membuat penyakit kesehatan mental bukan sembarang penyakit. Maka dari itu perlu kehati-hatian dalam menangani penderita dengan gangguan kesehatan mental.

Bisa kita lihat sendiri tokoh Arthur pada film Joker ini. Bagaimana seseorang dengan pengidap gangguan kesehatan mental lebih sering dianggap sepele oleh masyarakat di sekitarnya. Penyakit kesehatan mental yang dimiliki Arthur juga bukanlah sebuah penyakit yang dipilih namun kombinasi dari perlakuan yang ia terima sedari kecil dan bagaimana kemudian masyarakat memandang penyakit ini. Dalam film tersebut, masyarakat cenderung apatis terhadap penyakit kesehatan mental ini. Arthur sendiri sebagai pengidap bahkan harus menjelaskan sendiri penyakit yang diidapnya pada orang lain ketika gejala penyakitnya menyerang. Dan yang lebih menyedihkan lagi masyarakat yang digambarkan pada film tersebut tak peduli bahkan menganggap Arthur sebagai lelucon.

Ketika serangan kesehatan mental yang terjadi pada Arthur di bis, Arthur memberikan pengertian pada seorang wanita namun wanita tersebut malah bersikap tak peduli dan berpandangan aneh. Ketika di kereta bawah tanah Arthur mencoba untuk menjelaskan penyakitnya, orang-orang malah menganggapnya lelucon dan memukulinya. Atau pekerja sosial yang selama ini menjadi tempat monitor kesehatan Arthur juga tidak banyak membantu, malahan kemudian tempat Arthur berobat harus tutup karena diputus dana dari pemerintah setempat dan Arthur harus terpaksa berhenti mengkonsumsi obat untuk penyakit kesehatan mentalnya. Contoh kejadian tersebut bahkan ketika orang lain sudah tau bahwa Arthur punya penyakit kesehatan mental. Bayangkan ketika orang lain yang belum tahu dan punya pengertian yang salah dengan sejenis penyakit kesehatan mental.

Baca Juga :UNTUK APA PEMBATASAN INTERNET DI JAKARTA DAN PAPUA

Ketika banyak orang telah menonton film ini banyak yang memuji sang sutradara yang bisa membawa penonton untuk alih-alih menggangap Joker adalah karakter antagonis namun tetap iba pada perjalanan kehidupanya. Sang aktor yang memerankan Arthur/ Joker juga tidak kalah dipuji atas totalitas aktingnya dan bahkan membuat quote sendiri dari film ini seperti:

"Orang jahat lahir dari orang baik yang tersakiti"

atau membicarakan quote dalam film tersebut seperti :

"Aku dulu berfikir hidupku adalah tragedi, tapi sekarang aku sadar itu adalah komedi"

Tidak salah memang bila yang dibicarakan kemudian dari film ini adalah kehebatan di hampir semua elemenya untuk menghipnotis penonton. Tapi yang mau penulis ingatkan lagi kemudian adalah ada topik penyakit kesehatan mental di dalamnya. Bagaimana sebuah penyakit kesehatan mental tak bisa lagi dipandang sebagai penyakit yang "manja". Kita harus terbiasa membicarakan penyakit kesehatan mental semacam ini. Agar topik seperti ini tidak lagi dianggap tabu dan sepele. Agar para penderita (namun jangan self diagnosis) berani terbuka dan keluar meminta pertolongan dan pengobatan.

Sedikit informasi, film Joker baru mulai tayang pada bulan oktober ini. Dan di bulan oktober ini tepatnya tanggal 10 oktober yang lalu adalah Hari Kesehatan Mental Dunia. Jadi penulis tidak tahu apakah jadwal perilisan film ini dibuat sengaja di bulan yang sama dengan Hari Kesehatan Mental Dunia. Tapi lewat film dan momen ini juga penulis ingin kita kembali menyadari tentang topik kesehatan mental.

Tapi jangan salah juga dari film ini bila orang dengan penyakit kesehatan mental akan berakhir seperti Joker. Tidak seperti itu. Jangan buru-buru menghakimi penyakit ini dengan kekerasan yang dilakukan Joker di filmnya. Tapi bagaimana kita bila sebagai pengidap berani untuk meminta pertolongan ahli. Bagaimana kita bila sebagai masyarakat yang walaupun tidak mengidap namun bisa bertindak tidak apatis, acuh dan salah stigma tentang kesehatan mental. Dan bagaimana menimbulkan kesadaran akan kesehatan mental.

sumber: pixabay


Mari kita membicarakan penyakit kesehatan mental. Mari kita mengedukasi diri kita sendiri tentang penyakit kesehatan mental. Mari kita peduli dengan lingkungan sekitar dan membuat topik tentang kesehatan mental menjadi tidak tabu dan aneh ditengah masyarakat. Karena kesehatan mental juga adalah sebuah penyakit yang perlu diobati.

Artikel lain di  :Dari Catatan 



















Comments

  1. Aku baru kemarin liat filmnya. Ngeri sih ya bayangin kalau kita sendiri yang mengidap penyakit mental. Pasti berat bagi penderitanya.
    Aku juga langsung terkesima liat akting tokoh utamanya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mba makanya saya lewat tulisan ini mau menyampaikan kalo penyakit kesehatan mental itu enggak mudah.
      Aktingnya Joaquin Phoenix emang keren ya mba

      Delete
  2. Padahal mereka bisa dikatakan luar biasa ataupun sangat berbahaya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Penyakitnya mas?
      Iya memang cukup berbahaya kalau enggak ditangani dengan benar

      Delete
  3. Belum sempat nonton, cmn ngikutin meme yang viral ex... "orang baik yang disakiti"
    Katanya ada batasan umur yah, so gak bisa jg bawa anak2 buat nonton

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya bang, filmnya agak brutal memang adeganya jadi disarankan anak anak jangan nonton. Tapi tontonan yang menarik kalau mau melihat seperti apa penyakit kesehatan mental

      Delete
  4. Replies
    1. Iya benar sekali. Sayangnya belum banyak masyarakat kita yang menganggap begitu

      Delete
  5. Berkat film Joker ini, di berbagai media sosial jadi banyak yang mendadak psikolog atau pakar kesehatan mental. Ehehe.

    Tapi yang sedih sih emang orang-orang di sekitar yang memperparah racunnya, alih-alih membantu mendengarkan, mereka justru tak peduli, bahkan menilai seenak jidat terus menasihati kurang ibadah. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Enggak apa apa mas, supaya orang orang enggak awam lagi masalah ini, bisa sekalian edukasi juga. Asal jangan self diagnose.

      Miris ya seenak jidat dibilang kurang ibadah, padahal enggak ada yang pernah tau kedalaman iman seseorang

      Delete
  6. saya si belom nonton,cuma sempat liat trailernya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya recommended film ini mas, walaupun agak brutal tapi bagus.

      Delete
  7. Film ini benar-benar di luar ekspetasi saya. Jauh lebih keren, sampai-sampai banyak yang yang mendiskusikan film ini terkait mental dan psikologinya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kitanya juga sebagai penonton emang juga terbawa ya mas di jalan ceritanya. Jadi sadar diri perilaku lewat film ini

      Delete
  8. Wah baru tahuu kalo si Joker itu Pseudobollar apa itu. Hehehe. Tapi emang rame dan serem banget sih kemaren pas gue nonton. Padahal karakter di filmnya pun cuma sedikit.

    ReplyDelete
  9. We will never know what goes on deep down in the mind.

    ReplyDelete
  10. Hal yang tidak kalah penting, lingkungan juga harus memberikan pesan positif pada siapapun yang mengalami mental yang buruk.

    ReplyDelete
  11. Kejahatan Joker sebenarnya dibentuk dari lingkungan yg negatif

    ReplyDelete
    Replies
    1. Itu juga membantu mas. Makanya kita sebagai masyarakat juga bertanggung jawab akan lingkungan kita

      Delete
  12. Aku kesulitan mau nonton film ini. Pertimbangannya, anakku gak mungkin kutinggal sendirian sementara aku aayik-asyikan nonton. Hahaha! Lagi pula, hidup kami sudah penuh kegilaan, masak kutambahin dg mengajaknya nonton ini juga? Hehehe ... Sebagai langkah antisipasi saja sih ... Meskipun kuyakin dia gak rapuh. BTW soal kesehatan mental ini memang rumit. Banyak yang masih salah kaprah klo gangguan mental = gila yang destruktif saja. Padahal, dalam diamnya yg tampak santun pun seseorang bisa jadi sedang tergerogoti kesehatan mentalnya ....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya benar Bu. Kesehatan mental itu kan enggak kayak penyakit lain. Bisa juga orang yg tiap hari senyum dan ketawa mengidap ini

      Delete
  13. Belum sempat nonton, tapi kayaknya seru ya :-)

    ReplyDelete
  14. Mental Illness banyak banget macemnya.
    Bahkan depresi pun boleh dikata salah satu dari mental illness.
    "ilness" berarti butuh obat.
    Saya benar-benar tahubetapa butuh perhatrian khusus bahkan di kelas depresi karena saya sendiri pernah mengalami depresi ringan, lalu terakhir ibu saya. Saat diri sendiri yang mengalami dan segera mencari kesembuhan saya masih anggap enteng saya anggap saya belum menemukan :jati diri" tapi saat ibu saya yang mengalami, saya faham, bagaimana mengatasi dan menghindarinya. Jangan sesekali mencueki, meremhkan orang yang cerita, curhat, apalgi mentertawakannya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Untuk mengakui diri kita terkena mental ilness, you are doing a great job, anda sudah melakukan hal yang luar biasa, itu bukan hal mudah bukan.
      Jangan pernah takut mas untuk pergi membawa diri dan ibu ke ahlinya. Dukungan positif dari orang terdekat memang sangat penting

      Delete
  15. keren banget sih film ini, meski gw belum.nonton jadi makin penasaran :D

    ReplyDelete
  16. Iya ya, padahal sakit mental dan sakit fisik itu sama aja. Bahkan sakit mental lebih sulit menyembuhkannya karena nggak bisa dilihat secara langsung. Anehnya orang yang sakit mental sering dianggap aneh dan nggak waras.
    Pengen banget nonton film joker ini...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul banget. Itu makanya kayaknya kita yang paling enggak tau sedikit harus mulai membicarakan ini ke orang lain. Supaya orang lain juga jadi award.
      Film Joker masih ada enggak sih di bioskop indo? Buruan gih nonton

      Delete
  17. Aku nonton nih karena pas ke bioskop ternyata film pilihannya cuma ada Joker di beberapa studionya hahaha. Ga baca sinopsisnya pula. Hajar aja 2 jam durasinya wkwkwkw. Ya begitulah deh filmnya. Semoga ga ada anak2 yg ikutan nonton ini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. emang filmnya enggak cocok kan ya untuk anak kecil. agak brutal emang filmnya. tapi untuk orang dewasa saya rekomendasi film ini untuk di tonton, walaupun agak dark tapi banyak yang bisa dipetik dari film ini

      Delete
  18. Saya selalu ingat dengan pertanyaan Arthur

    "Is it just me, or is it getting crazier out there???!”

    Tertawa sinis. Saya jadi berpikir bahwa di film tsb bukan arthur saja perlu di pertanyakan atas kesehatan mentalnya, tapi semua orang yg terlibat dalam lingkungannya.

    Nice movie, udah nonton parasite? Saya berharap bisa dibahas juga sama author blog ini :>

    ReplyDelete
    Replies
    1. sudah dong. that movie beyond my expectation.
      kebetulan bukan bidang saya buat review film. tapi mungkin kalau ada pembahasan yang berkaitan sama film parasite, akan saya tulis.

      thank you for visit.

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

VIRUS CORONA, KETAKUTAN DAN STATUS SOSIAL

CARA ORANG GILA MENGGUNAKAN KEMAJUAN DUNIA DIGITAL EKONOMI

RAMUAN MENGHADAPI PANDEMI