HARGA SEBUAH MAAF

Sumber :pixabay



Memang unik hidup di tengah masyarakat yang mudah minta maaf, mudah minta pengampunan. Setelah secara serampangan berbuat seenak jidat. Seolah kata maaf hanya jadi rencana cadangan. Itu pun bagi mereka manusia yang cukup pintar untuk merencakan sebuah cadangan. Sayangnya, kata maaf bagai jadi cadangan yang tidak sengaja di rencakan, kemudian dilakukan karena jadi kebiasaan saja.

Mari beramai-ramai berbuat kesalahan. "Ayo saja kita berbuat sesuatu, jangan dipikirkan dulu akibatnya. Namanya juga bercanda. Ini hanya sebagai hiburan. Saya emosi. Saya khilaf."

Ironi melihat kata maaf jadi tak berharga padahal kata maaf jadi salah satu identitas untuk disebut "ramah". Negara yang ramah, katanya. Orangnya ramah-ramah, katanya. Menjunjung tinggi sopan santu, katanya.

Apalagi kalau maaf nya disertai dengan materai Rp. 6000,-. Ditulis di kertas, bubuhkan identitas dan segaris bualan penyesalan lalu di tanda tangani. Kata maaf kemudian jadi terasa lebih mahal harganya. Lebih menjanjikan. Lebih formal.

Padahal maaf dengan bubuhan materai Rp. 6000,- itu tidak menjanjikan apa-apa. Apalagi menjanjikan bahwa kata maaf akan garansi dari sebuah penyesalan. Tidak, kata maaf dalam materai itu malah makin menjadikan sifatnya semakin kaku dan kurang berhati. Ya terasa mahalnya cuma karena kita harus meronggoh kocek kantong yang harganya tak lebih mahal dari sebatang rokok. 

Minggu lalu beredar video seorang lelaki menampar wanita petugas SPBU karena di tegur melakukan kesalahan. Sudah minta maaf katanya, pakai materai juga. Atau perbuatan seorang youtuber yang tidak menunjukan rasa iba ditengah pandemi, katanya cuma prank, bercanda. Entah sudah berapa kejadian berakhir hanya dengan kata maaf (dan juga materai Rp. 6000,-).

Begitu terus kemudian dilakukan jadi kebiasaan. Dan kemudian kata maaf hanya menjadi sebuah pola kejadian. "Oh paling nanti juga minta maaf". Lalu dimana harga sebuah maaf?.



Senin, 4 Mei 2020



Baca tulisan lain di Dari Catatan
















Comments

  1. Iyah berarti ada inflasi "maaf". Harga maaf menjadi begitu murah sehingga orang tidak lagi menghargainya.

    ReplyDelete
  2. Akhirnya jadi kembali ke pribadi masing2 orang, apa dia sungguh2 ngucapin maaf, ato cuma supaya lepas dari masalah. Sedih sih memang, maaf jadi kayak formalitas

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

VIRUS CORONA, KETAKUTAN DAN STATUS SOSIAL

CARA ORANG GILA MENGGUNAKAN KEMAJUAN DUNIA DIGITAL EKONOMI

RAMUAN MENGHADAPI PANDEMI